Pernahkah kita membuat kalkulasi berapa duit yang didapat seorang IRT yang melakukan pekerjaan rumah , melayani suami dan mengurus anak? Tentu tidak, bahkan oleh IRT itu sendiri. Kenapa? Karena, budaya kita memang seperti itu. Segala pekerjaan rumah tangga (RT) adalah urusan istri, kecuali beberapa kasus seperti, membetulkan genteng bocor. Bahkan pekerjaan yang seharusnya dilakukan tukang ledeng pun dikerjaan ibu RT. Makanya, ketikas seorang suami pulang dari kerja belum ada makanan di atas meja atau anaknya belum mandi, si suami akan berteriak marah-marah.
Ketika bayi lahir, pekerjaan seorang ibu tidak berhenti sampai di situ. Pekerjaan memandikan, menyuapi bahkan mengganti popok dimalam hari ketika sang suami tidur mendengkur, menjadi pekerjaan rutin setelah fase melahirkan anak. Ia sadar, sang suami capek setelah bekerja seharian tanpa menyadari bahwa ia sendiri juga capek setelah bekerja seharian mengurus rumah.
Memasak, mencuci, membersihkan rumah termasuk furniture menjadi rutinitas sehari-hari yang tidak ada habis-habisnya. Bahkan ketika sedang tidur harus dibangunkan oleh suami untuk memberi ‘pelayanan biologis’, kewajiban katanya. Tetapi kalau kewajiban itu dilakukan ketika sedang capek dan dengan sangat terpaksa, bagaimana?
Pernahkah suami membayangkan, ketika ia capek bekerja istri yang notabene IRT di rumah juga kecapekan? Menyapu, mengepel lantai, belepotan kotoran bayi atau bahkan mengejar-ngejar penjual sayur hanya karena ingin memasak makanan kesukaan suami. Sekali lagi, pernahkah suami membayangkannya?
Tidak kita pungkiri, sekarang banyak perempuan bekerja mencari uang tetapi ketika mereka pulang ke rumah statusnya tetap sebagi IRT. Ia juga yang membuatkan teh untuk suaminya, bukan?
Mengatur keuangan Rumah Tangga, menjadi pekerjaan yang berat bagi seorang ibu. Tidak jarang Rumah Tangga menjadi hancur karena persoalan keuangan. Dalihnya, istri tidak pandai mengatur uang. Sadarkah kita, IRT itu bukan akuntan atau ekonom. Banyak dari mereka yang cuma berpendidikan sekolah lanjutan. Terlepas dari itu, banyak juga yang pandai mengatur keuangan rumah tangga.
Jadi, IRT ibarat manusia super. Suatu saat ia harus berperan menjadi chef restoran terkenal yang pintar memasak. Di lain waktu ia jadi juragan binatu yang pintar mencuci (lebih hebat daripada jasa laundry), juga orang yang seolah-olah konsultan keuangan rumah tangga yang pintar mengatur uang. Coba kalkulasi kalau IRT bergaji, berapa banyak suami harus mengeluarkan duit untuk menggaji setiap bulan? Tetapi mereka free, kan ?
http://basschmarth.multiply.com