Kawasan Jalan Kusuma Bangsa, Surabaya , sejak tahun 70-an dikenal sebagai sentra kerajian mainan anak-anak kuda-kudaan. Tepatnya di depan Taman Hiburan Rakyat (THR), para perajin membuat handmade horse tersebut dari kayu. Meski hingga kini masih tetap bertahan, tetapi para pengusaha kerajinan kayu itu mulai tergencet oleh mainan dari bahan plastik maupun elektronik, seperti play station atau mobil remote control. Mereka bagaikan hidup segan, mati tak mau.
Itulah yang dialami oleh Abdul Kadir, salah seorang perajin mainan kuda kayu yang membuka usaha di Jalan Kusuma Bangsa. Meski hingga kini ia masih bertahan untuk membuat dan menjual hasil kerajinan kuda, tetapi penghasilan mainan anak sudah sangat berkurang. Menurut Kadir, masa keemasan mainan wooden horses ini memang telah lewat. Minat pembeli kuda kayu sudah mulai berkurang. Sebab mainan tradisional kerajinan kuda ini kalah bersaing dengan mainan modern yang semuanya menggunakan baterai dan serba elektronik, atau mainan sejenis yang terbuat dari plastik. Meskipun kini sudah mulai langka, namun mainan handmade horse masih juga ada yang mencari. Itu sebabnya meski sepi peminat, Kadir tetap setia menunggu pembeli, sekaligus berharap ada pesanan dari luarkota .
Bahkan tidak hanya itu, mainan wooden horses dari kerajinan kayu ini juga sudah diekspor dan bisa menembus beberapa negara seperti Jerman, Prancis, Belanda dan Jepang. Tapi sayang, para perajin tidak bisa langsung menembus pangsa ekspor, tetapi melalui pihak ketiga, sehingga harganya pun tidak bisa mahal. “Kalau negara-negara pesan bisa sampai ratusan unit,” tandasnya. Kemampuan untuk menembus pasar ekspor tersebut tidak terlepas dari kualitas mainan kuda kayu yang dibuat oleh para perajin. Mainan ini dikenal sangat kuat, aman, dan mengasyikkan. “Kalau kualitasnya tidak bagus, mana mau orang-orang bule beli mainan ini,” tambah Kadir. Untuk mengurangi biaya operasional, karyawannya dipekerjakan dengan sistem honorer. Artinya, jika ada pesanan atau saat persediaan barang sudah habis, ia kembali mempekerjakan karyawan. Tetapi saat tidak ada pesanan, ia nonaktifkan karyawannya. Mengapa Kadir masih bertahan di tengah pasar yang semakin sepi? “Saya bertahan karena usaha ini sebagai warisan dari ayah saya. Almarhum ayah saya pernah berpesan agar mempertahankan usaha ini untuk kehidupan keluarga. Makanya, saat teman-teman sudah gulung tikar, saya tetap bertahan meski dengan keterbatasan,” jawabnya. (SH/chusnun hadi)
http://www.sinarharapan.co.id/
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Wooden Horses | Handmade Horse | Kerajinan Kayu | Kerajinan Kuda | Kuda Kayu | Mainan Anak dan Wooden Horses & Handmade Horse:Kerajinan & Kuda Kayu - Mainan Anak Bekasi Jawa Barat di 88db.com
Selengkapnya
→
Kuda-Kudaan Kalah Pamor
Itulah yang dialami oleh Abdul Kadir, salah seorang perajin mainan kuda kayu yang membuka usaha di Jalan Kusuma Bangsa. Meski hingga kini ia masih bertahan untuk membuat dan menjual hasil kerajinan kuda, tetapi penghasilan mainan anak sudah sangat berkurang. Menurut Kadir, masa keemasan mainan wooden horses ini memang telah lewat. Minat pembeli kuda kayu sudah mulai berkurang. Sebab mainan tradisional kerajinan kuda ini kalah bersaing dengan mainan modern yang semuanya menggunakan baterai dan serba elektronik, atau mainan sejenis yang terbuat dari plastik. Meskipun kini sudah mulai langka, namun mainan handmade horse masih juga ada yang mencari. Itu sebabnya meski sepi peminat, Kadir tetap setia menunggu pembeli, sekaligus berharap ada pesanan dari luar
Bahkan tidak hanya itu, mainan wooden horses dari kerajinan kayu ini juga sudah diekspor dan bisa menembus beberapa negara seperti Jerman, Prancis, Belanda dan Jepang. Tapi sayang, para perajin tidak bisa langsung menembus pangsa ekspor, tetapi melalui pihak ketiga, sehingga harganya pun tidak bisa mahal. “Kalau negara-negara pesan bisa sampai ratusan unit,” tandasnya. Kemampuan untuk menembus pasar ekspor tersebut tidak terlepas dari kualitas mainan kuda kayu yang dibuat oleh para perajin. Mainan ini dikenal sangat kuat, aman, dan mengasyikkan. “Kalau kualitasnya tidak bagus, mana mau orang-orang bule beli mainan ini,” tambah Kadir. Untuk mengurangi biaya operasional, karyawannya dipekerjakan dengan sistem honorer. Artinya, jika ada pesanan atau saat persediaan barang sudah habis, ia kembali mempekerjakan karyawan. Tetapi saat tidak ada pesanan, ia nonaktifkan karyawannya. Mengapa Kadir masih bertahan di tengah pasar yang semakin sepi? “Saya bertahan karena usaha ini sebagai warisan dari ayah saya. Almarhum ayah saya pernah berpesan agar mempertahankan usaha ini untuk kehidupan keluarga. Makanya, saat teman-teman sudah gulung tikar, saya tetap bertahan meski dengan keterbatasan,” jawabnya. (SH/chusnun hadi)
http://www.sinarharapan.co.id/
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Wooden Horses | Handmade Horse | Kerajinan Kayu | Kerajinan Kuda | Kuda Kayu | Mainan Anak dan Wooden Horses & Handmade Horse:Kerajinan & Kuda Kayu - Mainan Anak Bekasi Jawa Barat di 88db.com