Masyarakat Semarang sudah mulai menerima Atap Baja sebagai sebagai ganti genteng tanah atau semen yang selama ini sudah akrab warga.
Atap-atap lembaran ini diakui mempunyai kekuatan sama, namun lebih ringan dan tahan gempa.
Di PT Sandjaya, milik Bagio misalnya. Dia mengaku,
Menurut dia, harga Atap Baja lembaran tersebut sudah menjangkau masyarakat menengah, antara Rp 76.000 hingga Rp 190.000 per lembar. ‘’Yang membeli bukan hanya kalangan atas. Waktu warga kelas menengah masuk toko, dia pasti membeli,’’ tuturnya.
Atap baja berbahan metal tanpa pelapis itu diakui lebih ringan, namun memiliki beberapa kelemahan. Kelemahannya, antara lain menimbulkan suara berisik dan berkilauan ketika siang hari.
Sementara atap baja berbahan metal plus timah yang dilapisi dengan corel, memiliki keistimewaan tersendiri. Corel yang berfungsi sebagai peredam itu menjadikan suara gemercik air hujan tidak begitu keras. Selain itu, hawa ruangan tak terlalu panas saat kemarau.
Kemudian untuk jenis tegola, juga diminati karena sifat elastiknya mampu menyesuaikan dengan bentuk atap. Dia menyebutkan, genting keramik tak begitu laku, karena membuat konstruksi terbebani.
Waluyo (35), pemilik UD Ragil Jaya, Pusponjolo Timur mengaku tak terpengaruh dengan hadirnya atap baja pabrikan tersebut. Menurut dia, berkurang atau tidaknya pelanggan genteng tanah liatnya, itu karena keuangan masyarakat sendiri. Dalam sehari, rata-rata dia mampu menjual seribu hingga dua ribu genteng.
Menyukai
Dikatakan, warga masih menyukai produk buatan Kebumen dan Jatiwangi ketimbang Mayong. Produk yang paling diminati adalah genteng keramik, dan pemakaianya kebanyakan pemilik rumah gedongan atau bangunan milik instansi pemerintahan.
Sedangkan masyakat menegah ke bawah, memilih genteng kodok dan plentong berbahan tanah liat, atau beton plat. ‘’Sekarang yang tengah tren adalah genteng datar mutiara berbahan beton dan genting keramik. Rumah-rumah yang dikreditkan sering menggunakaan genteng tersebut. Selain lebih kuat, pemakaiannya pun lebih sedikit, hanya membutuhkan 9 buah per meternya,î tuturnya.
Meski begitu, pelanggannya lebih sering mencari produk tangan kedua. Perbandingan penjualan antara yang baru dengan yang bekas adalah 1:3. Genteng bekas yang banyak dicari adalah kodok dan beton garuda. Selain lebih murah, produk lama kualitasnya juga lebih bagus. Harga genteng bekas 40% lebih murah.
Saat ini, harga genteng kodok Rp 1.400, plentong Rp 1.300, garuda beton Rp 2.000, sedangkan genting keramik Rp 4.800.
suaramerdeka.com
{ 0 komentar ... read them below or add one }
Post a Comment