Menjalani Bisnis Asyik Studio Musik

Diposting oleh Wikey on Oct 26, 2009




Banyaknya pemusik muda yang giat berlatih menjadi berkah tersendiri bagi penyewaan studio musik dan Sewa Sound System. Aspa Studio menangkap peluang ini.

Banyak jalan menuju Roma. Tepat disebutkan bila saat ini semakin banyak jalan menuju sukses. Bisnis hiburan saat ini telah sedemikian maju dan industri musik termasuk salah satunya. Kalau dahulu cita-cita menggantungkan hidup sebagai seniman kerap menjadi bahan tertawaan, kini sebaliknya menjadi artis banyak didamba sebagai jalan pintas keberhasilan khususnya dalam hal materi. Siapa sih orangnya tidak kepengin uang dan ketenaran sekaligus? Faktanya pada jaman dahulu barangkali masih gampang menghafal nama-nama penyanyi atau grup band terkenal di tanah air ini. Namun sekarang hal itu jauh lebih sulit, mengingat nama-nama baru karena tiap tahun pasti muncul silih-berganti.

Menurut Andre Atriwianto, pemilik Aspa Studio, perkembangan musik Indonesia saat ini, khususnya dilihat dari banyaknya komunitas band musik anak-anak muda, sangat cerah. “Pada jaman saya dulu selalu berkiblat ke luar negeri, hanya mau menyanyikan lagu-lagu dari band-band luar,” ujarnya.

Ia mengamati, ABG yang berlatih di studionya tidak merasa remeh membawakan lagu-lagu Indonesia yang juga diciptakan oleh band yang personilnya muda-muda. Maka secara tidak langsung itu sebagai isyarat komunitas musik telah menjamur hingga pelosok dan merupakan angin segar bagi bisnis rental studio musik dan sewa sond system sebagai ajang latihan.

Komunitas grup musik pemakai jasa rental malah dari segala usia. “Mulai anak SD sampai yang tua-tua,” tukas Andre. “Memang cita-cita dari kecil mempunyai studio musik dan sewa sond system. Sekadar hobi karena dulu juga suka nge-band. Lalu saya pikir, selama musik masih ada bisnis studio dan sewa sond system tidak pernah mati sebab selama masih ada anak-anak yang nge-band pasti mereka butuh fasilitas,” imbuhnya mengisahkan.

Investasi untuk membuat sebuah studio musik dan sewa sond system boleh dikatakan lumayan besar. Studio profesional di lokasi eksklusif jelas sangat mahal. Dana yang dihabiskan mencapai miliaran rupiah. Andre pilih membidik studio kelas menengah, meskipun tetap memperhatikan kualitas namun tidak terlalu menyedot banyak uang.

Biaya pertama kali yang harus dikeluarkan biasanya untuk renovasi tempat. Ia merogoh kocek sekitar Rp 17 juta untuk membuat tiga ruangan kedap suara, masing-masing dipakai untuk tempat latihan maupun rekaman. Untuk menekan biaya, lulusan arsitek UKI itu, merancang sendiri peredamnya setelah bertanya ke sejumlah orang yang berpengalaman. Belanja lainnya berupa alat-alat musik menghabiskan sekitar Rp 30 juta ditambah peralatan recording kurang lebih Rp 10 juta. “Penggelontoran modal tidak begitu terasa karena saya pelan-pelan mengumpulkan alat satu demi satu,” begitu kiatnya.

Soal alat pun menurutnya tidak harus kelas satu. Yang penting penataan ruangan akustik serta sound system bagus maka hasilnya pasti sudah nyaman buat latihan. Ruangan besar tetapi jika penataan sound system kurang pas mengakibatkan bunyi yang dikeluarkan akan saling berkejar-kejaran.

majalahpengusaha.com

{ 0 komentar ... read them below or add one }