CNN mengangkat berita ini dengan judul “Slum tourism: Visitors see the 'real'
Kelompok yang dikomandoi oleh Ronny Poluan ini membuat paket wisata
Pada saat jalan-jalan tersebut, banyak penduduk yang memang terlihat sangat miskin hingga merintih meminta nasi serta segerombolan anak-anak yang bermain di bawah tiang listrik bersama para anggota LSM yang peduli akan nasib mereka.
Para turis bukannya merasa geli akan kekumuhan yang mereka temu, justru merasa sebaliknya. “Ini merupakan pengalaman yang mengagumkan,” ujar Kerri Bell. “Saya pernah ke Asia sebelumnya tapi kami hanya menyentuh permukaan dan hanya melihat apa yang biasa ada di negara-negara barat pada umumnya. Dengan tur ini, rasanya saya mersakan kota Jakarta yang sebenarnya. Perjalanan ini lebih berharga daripada berleha-leha di di pantai,” lanjutnya. Pihak lain juga mengikuti perjalanan misalnya menggunakan jasa persewaan mobil Jakarta dari beberapa tempat bisnis sewa mobil di kota ini.
“Saya ingin orang ketemu orang,” ujar Poluan. “Budaya lain bertemu dengan budaya lain,” Poluan kembali menerangkan. Hal ini juga disukai oleh para turis mancanegara tersebut. “Ini jelas membuka mata,” ujar Paschke, turis asal Australia ini. “Inilah kali pertama saya meninggalkan Australia, dan yaa, ini sangat berbeda,” ungkapnya.
Tur ini diawali dengan perjalanan ke rumah pengusaha miskin yang biasa membuat tahu lalu dilanjutkan ke pasar ikan, tempat pembuangan sampah, dan lain-lain. Untuk mengikuti tur ini, setiap orangnya dipungut biaya $34. Setengah dari uang tersebut digunakan untuk LSM Interkultur dan setengahnya lagi untuk komunitas masyarakat miskin. Bagi yang ingin tur sendiri dan tidak ingin membayar jumlah tersebut bisa menggunakan jasa persewaan mobil atau kendaraan lainnya untuk menikmati perjalanan di kota Jakarta.
Meski mendapatkan banyak respon positif dari turis asing, tapi program ini bukan tanpa kritik. Beberapa turis mempertanyakan kekonsistenan sikap pengelola tur. Jika ingin membuat masyarakat ini hidup mandiri, maka janganlah bergantung pada uluran tangan orang lain, dalam hal ini turis asing.
Namun, wisata daerah kumus seperti ini memang benar menunjukkan sisi asli dari kota Jakarta. Tapi di lain pihak, paket wisata ini juga semakin menunjukkan kepada dunia betapa terbelakangnya Indonesia. Selain itu, sepertinya tidak etis rasanya jika kemiskinan dijadikan komoditas dalam mengeruk sejumlah uang.
www.rileks.com
Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang