Oleh karena itu, selain belajar meliuk-liukkan liong-barongsai, para pemain juga harus berlatih kuda-kuda kungfu. Kuda-kuda ini sangat diperlukan untuk membuat formasi-formasi yang sulit.
Formasi sulit ini menuntut pemain untuk bisa menopang pemain lainnya. Sambil menopang satu sama lain, mereka lalu bergerak sambil melompat-lompat.
Anak-anak muda sekarang tidak tahu lagi kung fu yang mereka pelajari dari aliran mana. Namun, menurut Oey Cin Eng (70-an) yang ketika muda menjadi pemain liong-barongsai di Tangerang, kebanyakan kung fu di permainan liong-barongsai adalah kungfu aliran utara yang gerakannya lebih berfokus pada tendangan.
Sebelum bermain liong dan barongsai, para pemain kesenian ini diwajibkan pemanasan. ”Kalau tidak ada pemanasan mereka bisa kram karena liong dan barongsai itu sangat berat,” kata Oey.
Berat kepala barongsai bisa lebih dari 10 kilogram, sedangkan kepala liong lebih berat lagi, sekitar 17 kilogram. Kedua kepala barongsai dan liong kerangkanya terbuat dari kayu, rotan, dan kawat lalu dibungkus kertas semen, sedangkan badan liong maupun barongsai menggunakan bahan kain.
Sebelum bermain, para pemain sebaiknya juga mengikat erat-erat perut bagian bawah dengan ikat pinggang kain yang lebar. ”Supaya tidak turun berok,” kata Sandrio (16), pelajar kelas II di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tangerang, anggota STN Khongcu Bio.
Oey mengatakan, pemain barongsai dituntut berjiwa bersih dan berpikiran sehat karena permainan ini membutuhkan konsentrasi tinggi. Sebelum memainkan liong-barongsai, biasanya para pemain harus bersembahyang lebih dulu di depan altar kelenteng. Jadi kungfu academy atau kungfu schools bukan digunakan untuk kungfu fighting.
Skenario
Permainan liong-barongsai ini diiringi tambur, kenong dan simbal. Bila ada undangan untuk tampil, biasanya mereka membuat skenario terlebih dulu, seperti singa mencari makan di gunung. Dari skenario itu mereka lalu sepakat membuat gerakan seperti apa.
Sugi Arfan (16), siswa SMA Bonavita Tangerang, yang juga anggota STN Khongcu Bio, mengatakan, paling sulit adalah bermain menjadi kepala, baik itu kepala barongsai maupun liong karena dengan beban berat mereka harus membuat gerakan lincah.
”Pada saat bermain barongsai, kami juga harus memikirkan bagaimana mimik muka barongsai agar peran yang dimainkan terasa hidup,” kata Arfan. Mimik muka ini dibentuk dengan menggerak-gerakkan kayu agar barongsai bisa terpejam atau mengedipkan mata.
Meski tidak ada yang nanggap, para pemain liong-barongsai ini rutin latihan. Biasanya mereka latihan seminggu dua kali. Sekali latihan bisa sampai dua jam.
www.kompas.com
Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang