Showing posts with label rumah jakarta. Show all posts
Showing posts with label rumah jakarta. Show all posts

Pilih Rumah atau Apartemen

Diposting oleh Wikey on Jun 16, 2009

Geliat dunia properti dan real estate semakin terasa gairahnya. Kebutuhan akan tempat tinggal dan populasi manusia yang makin membeludak menjadi pemicu utama. Di tengah kondisi itu, pilihan antara rumah atau Apartemen sering menjadi pertimbangan. Berbagai faktor memaksa masyarakat berpikir ulang tentang tempat tinggal yang ideal.

Dahulu, fungsi rumah hanya sekadar kebutuhan ‘mondok’ saja. Namun seiring dengan kehidupan manusia yang makin modern serta tuntutan zaman serba cepat dan praktis, hadirlah konsep hunian Apartemen yang menjamur belakangan ini. Bagi masyarakat kalangan menengah, tinggal di apartemen atau rumah bisa jadi sama saja. Namun, masing-masing tetap saja memiliki plus dan minus.

Rumah
Pernyataan “Rumahku istanaku” tentu akrab di telinga Anda. Pernyataan ini seakan menjelaskan bahwa Anda bisa membangun konsep hunian sesuai dengan yang diinginkan. Intinya, rumah lebih bisa menjadi bangunan tumbuh. Berulang kali merenovasi rumah tak menjadi masalah. Selain itu, dengan ruangan yang lapang dapat menunjang berbagai aktivitas yang dilakukan oleh anggota keluarga.

Dengan maraknya pembangunan sarana modern (Jakarta Apartment) dan bisnis terpadu, membuat lahan untuk pembangunan rumah menjadi terbatas khususnya di tengah kota. Sehingga lokasi perumahan menjadi beralih ke pinggir kota atau jauh dari pusat kota. Dampaknya, biaya yang dikeluarkan semakin bertambah (biaya tol dan BBM). Di samping itu, Anda juga harus cermat memilih lokasi agar terhindar dari banjir.

Apartemen
Dengan mengusung konsep hunian yang modern dan praktis, Apartment bisa jadi sebuah solusi ideal bagi masyarakat yang tingkat mobilitasnya tinggi. Akses lokasi yang strategis menuju kantor, pusat bisnis, pendidikan, hiburan dan pusat perbelanjaan menjadi alasan mengapa tempat tinggal seperti ini dipilih sebagai hunian. Selain itu, efisiensi waktu dan kemudahan akses menjadi kebutuhan utama menghindari kemacetan lalu lintas di kota besar maka anda butuh Apartment Jakarta.

Tinggal di Apartment menawarkan beragam fasilitas yang menguntungkan dan memudahkan bagi penghuninya. Sistem pengelolaan (Apartemen Jakarta) mulai dari sistem pengolahan sampah, sistem instalasi, bebas banjir, tingkat keamanan dan berbagai fasilitas dapat dinikmati penghuni di kompleks apartemen. Mulai dari pusat ATM, minimarket, pusat kebugaran, jogging track, kolam renang, pusat perawatan kecantikan dan beberapa di antaranya menyediakan business center bahkan mixed use apartment (Apartemen Jakarta) yang dilengkapi pusat perbelanjaan, perkantoran atau hotel.

Namun, bukan berarti tinggal di Apartment Jakarta tak ada minus-nya. Hal-hal seperti ruang yang terbatas gerak tumbuhnya ( luas bangunan tidak dapat ditambah ), biaya maintenance yang terbilang mahal ketimbang rumah dan juga rawan gempa. Dan yang perlu diingat, hidup di apartemen membutuhkan rasa toleransi yang tinggi. Penghuni (Jakarta Apartment ) harus hidup “berbagi” dengan penghuni apartemen lainnya. Misalnya seperti halaman, tempat parkir dan tempat terima tamu. Anda harus berbagi dan tidak bisa seperti di rumah sendiri.

Jadi, pilih rumah atau apartemen? Semua kembali pada kebutuhan dan selera Anda masing-masing.

Sumber: sementigaroda.blogspot.com

Temukan informasi lainnya mengenai Jakarta Apartment - Jakarta Apartement - Apartment Jakarta - Apartemen Jakarta - Apartment - Apartemen pada 88db.com
Selengkapnya Pilih Rumah atau Apartemen

Membangun dan Merenovasi Rumah ala Desainer

Diposting oleh sabuk item on Sep 16, 2008

Adakalanya ketika sebagian orang atau mungkin anda memutuskan untuk membeli sebuah rumah merasa kurang puas. Desain rumah yang dirasa kurang cocok, lokasi yang kurang strategis, atau mungkin harga rumah yang anda anggap kurang pantas diberikan pada sebuah produk (rumah) jika ditinjau dari kualitas produk tersebut. Untuk anda yang memiliki more budget mungkin anda tidak terlalu pusing. Tapi bagi sekelompok orang yang tidak termasuk dalam golongan the have tentu bakal sedikit lebih pusing. Banyak hal yang harus dimasukkan dalam daftar seleksi.
Anda percaya? Kalau anda masih ragu-ragu akan tunjukkan, di mana letak persamaan (dalam hal kesalahan) dari para developer tersebut. Beberapa developer menghasilkan produk (bangunan) dengan kualitas bangunan yang buruk, hal ini biasanya terjadi karena developer tersebut mensub-kontrakkan pembangunan rumah kepada para sub-kontraktor (dalam hal ini kita sebut saja : Sub-kontraktor tingkat pertama), selanjutnya sub-kontraktor tingkat pertama mensub-kontrakkan proyek tersebut kepada sub-kontarktor tingkat kedua, dst.
Bayangkan saja jika proses subtitusi pembangunan rumah itu terjadi beberapa kali, dan setiap sub-kontraktor mengambil keuntungan masing-masing? Akibatnya Biaya produksi bangunan untuk setiap unitnya makin berkurang, efek dari berkurangnya biaya produksi bangunan rumah tersebut adalah terbatasnya anggaran untuk membeli material yang berkualitas dan mempekerjakan tukang atau tenaga yang ahli, ditambah lagi dengan pelaksanaan pekerjaan yang terburu buru untuk mengejar progress atau deadline membuat kualitas dari produk yang dihasilkan bisa dipastikan buruk, dan sudah pasti yang buruk itu akan mengecewakan.
Untung saja, beberapa orang dari kalangan profesional (Arsitek dan Civil Engineer) yang mengerti tata cara membangun rumah mulai dari tahap pra rencana/pra design, desain, perencanaan, pelaksanaan+pengawasan, dan pemeliharaan berinisiatif mendirikan usaha kontraktor (walaupun dalam skala kecil) untuk melayani jasa renovasi ulang bangunan standar dari developer, atau mungkin membangun bangunan dilahan (kapling) yang kosong. Harganya pun bervariasi, renovasi minor pada bangunan (ex: mendesain kitchen set, mengganti warna cat, membuat taman/landscape, kolam renang, dll) hingga renovasi pada tingkat major, seperti : menambah lantai bangunan, merombak total bangunan kemudian mendirikan bangunan yang baru, renovasi pada bagian-bagian tertentu yang dikehendaki oleh pembeli, dll. Masalahnya, berapakah pantasnya harga rumah ala desainer ini? perlukah anda membeli rumah ini? Atau, bila anda juga ahli bangunan yang ingin berbisnis dengan model seperti ini seharusnya berapakah pricing rumah yang akan anda tawarkan?
Kasus 1: Membangun rumah dari kapling kosong
Dibeberapa perumahan, developer memang menyisakan kapling kosong. Biasanya kapling yang dijual ini diposisi hook, ada kelebihan tanah, ataupun bentuk yang tidak persegi.
Contoh: Seorang arsitek membeli kapling kopel seluas 150 m^2 dengan harga 300 juta. Setelah dibangun bertingkat, rumah tersebut dibandrol dengan harga 1,5 milyar. Selang 1/2 tahun, rumah tersebut tidak laku terjual, dan kini statusnya dikontrakkan. Untuk menghindari kasus seperti diatas (yang anehenya masih marak terjadi) seharusnya arsitek menganalisa terlebih dahulu perbandingan rumah di lokasinya. Bila harganya mencapai 3-4 kali lipat, sedangkan lokasi tidak jauh beda, ada baiknya usaha penjualan rumah model ini dipertimbangkan kembali.
Kasus 2: Merenovasi Minor (kitchen set, taman, interior, dll)
Membeli rumah dari developer kemudian melakukan renovasi minor tanpa merubah struktur bangunan, dengan budget hingga 5-20% dari harga asli rumah masih mungkin untuk dibeli oleh calon pembeli. Kasus ini yang paling diminati, karena tampilan rumah sudah berubah dari bentuk aslinya dan harga renovasinya tidak terlalu tinggi. Karena jika harga rumah yang anda beli dan renovasi sudah terlalu tinggi, besar kemungkinan calon pembeli akan beralih dan memilih perumahan yang lebih baik.
http://architectaria.com

Selengkapnya Membangun dan Merenovasi Rumah ala Desainer